Wednesday, 13 April 2011

BERFIKIRAN NEGATIF YANG MELEMAHKAN DAN MENJATUHKAN SEMANGAT

semoga dikuatkan keinginannya untuk membaca kutipan tulisan ini dari sebuah buku.

Tidak ada yang tidak mungkin diubah dalam upaya da’wah ini. Keburukan dan kejahatan yang dilakukan seseorang, sebesar apapun, tak pernah menghalangi orang tersebut berubah dan lebih mendekat kepada Allah swt. Kezaliman dan kefasikan seperti apapun, tidak pernah menjadi alasan bahwa pelakunya pasti tidak akan kembali pada jalan Allah swt. Beginilan salah satu pelajaran penting yang kami petik selama berada di jalan da’wah.
Kami menemukan banyak kenyataan bahwa keruntuhan akhlak dan kerusakan moral yang mendera generasi ini, pasti bisa diubah melalui da’wah islam yang disampaikan dengan baik. Ada begitu banyak putera puteri islam menyimpan mutiara iman dalam hati mereka. Mereka masih memiliki cahaya yang sesungguhnya bisa menyinari hati dan pikiran mereka, sehingga mereka bisa melangkah di jalann Allah swt bersama da’wah ini. Sudut padang yang melihat bahwa kondisi sudah sangat rusak atau seseorang sudah terlalu banyak melakukan kesalahan sehingga sulit untuk dirubah, adalah sudat pandang yang melemahkan dan mematikan semangat berda’wah itu sendiri. Sesungguhnya inilah pesan yang ditegaskan Rasulullan saw : “Barangsiapa yang mengatakan manusia ini telah hancur maka sebenarnya dia telah menghancurkan mereka (atau dia adalah yang paling hancur dari mereka)”
[HR Muslim]
Ada dua riwayat dalam hadist ini :
1. Menyebutkan kalimat fa huwa ahlakahum (maka dia telah manghancurkan mereka)
2. dan fa huwa ahlakum (maka dia adalah orang yang paling hancur dari mereka)
kedua-duanya mencerminkan bahwa sudut pandang negatif bisa mematikan upaya kebaikan yang pasti bisa dilakukan, dan di sisi lain menjadi indikasi kelemahan mental dan psikologis orang yang mengatakannya.
sejarah da’wah isilam yang kami baca, membuktikannya betapa hijrah kepada islam telah dilakukan oleh banyak orang-orang yang sebelumnya melewati masa hidup begitu kelam. Sulit menggambarkan kezaliman yang dilakukan Umar bin Khattab ra, dimasa sebelum ia masuk islam sehingga sejumlah orang ketika itu mengatakan, “Aku tidak percaya Umar masuk islam kecuali jika keledainya masuk islam.” Tapi atas izin Allah swt, Umar mendapatkan cahaya keimanannya justru ketika ia berada dalam situasi kritis saat ia ingin membunuh adiknya dan suami adiknya, karena masuk islam.
Situasi seperti itu pulalah yang menyebabkan Hasan Al Banna rahimahullah menolak untuk melontarkan protes dan kritik keras terhadap pikiran-pikiran Sayyid Quthb rahimahullah yang menyerang rekan-rekan da’wahnya yang mendesak agar ia menulis jawabn atas uraian Sayid Quthb, tapi Hasan al Banna memandang jawaban atas pikiran Sayyid Quthb akan membawa berbagai efek negatif. Perdebatan yang dipublikasi lewat media massa, akan membuat orang yang diajak berdebat semakin keras kepala, itu alasan pertama yang disampaikan Hasan Al Banna. Alasan kedua, “Sesungguhnya Sayyid Quthb masih muda, dan ia masih mungkin mengalami perubahan di masa datang. Aku berharap ia menjadi salah satu pejuan dalam barisan da’wah ini.”
Semua itu karena setiap jiwa manusia memiliki fithrah keimananya sendiri-sendiri. Fithrah keimanan itulah yang seharusnya disingkap melalui sentuhan da’wah hingga ia bersinar dan menerangi hati serta pikiran seseorang, Maka, tugas kami adalah terus berusaha menebar informasi dan seruan islam ke banyak orang dengan terus mengobarkan optimisme dalam diri kami.
Kami harus mewaspadai informasi miring tentang seseorang atau situasi tertentu yang bisa memunculkan lemahnya semangat untuk melakukan banyak kebaikan. Pembicaraan, issu, obrolan yang mengarah pada sisi negatif yang dilakukan sebagian saudara kami juga termasuk ruang prilaku yang harus kami waspadai, Karena ghibah kekurangan saudara kami, dapat mengurangi kepercayaan kepada da’wah yang tengah kami perjuangkan dan dapat melemahkan kekuatan bangunan da’wah yang tengah kami bangun karena berarti kami telah membuka celah bagi ahlul fitnah (antek penyebar fitnah)
Kami berusaha membicarakan yang baik-baik tentang saudara kami. Dan berupaya menimalisir pembicaraan tentang aspek negatif tentang saudara-saudara kami. Sebagaimana ribuan dan ratusan jilid kitab para ulama yang menceritakan kehidupan pada sahabat Rasulullah saw serta salafushalih, yang sangat sedikit menceritakan sisi negatif kehidupan mereka, kecuali dalam konteks memberi ibhrah dan pelajaran berharga. Para salifushalih, sangat jarang membiacarakan kekurangan sahabat dan orang-orang yang mereka kenal. Tentu bukan karena mereka adalah orang -orang suci yang tidak mempunyai catatan negatif, tapi seperti itulah salah satu wujud persaudaraan para salifushalih. Dan karena sikap mereka itulah, yang memompa keyakinan kami serta mendorong semangat da’wah kami.



PANJANG TETAPI BAIK UTK DIBACA DAN DIFAHAMI BKN SEKADAR MELIHAT SAHAJA....
FIZA

No comments: